MAJAS DAN PERIBAHASA
A. MAJAS
Majas merupakan bahasa kias, bahasa yang dipergunakan untuk menciptakan efek tertentu . Majas sering disebut gaya bahasa.
JENIS-JENIS MAJAS
a. Majas perbandingan
1. Personifikasi adalah majas yang membandingkan benda-benda tak bernyawa seolah-olah memiliki sifat seperti manusia.
Perhatikan puisi berjudul ajal berikut ini.
Ajal
Apakah ia sebilah belati yang menancap secara gaib
Tanpa aku bisa melihat sehingga kebodohanku terperanjat
Ataukah ia tangan kabut yang nakal yang telah mencekik lehernya
Sehingga tak satupun tangan kami yang bisa menghalanginya
(Arifin C. Noer)
2. Perumpamaan/Simile adalah majas yang membandingkan dua hal yang pada hakikatnya berbeda, tetapi sengaja dianggap sama. Majas ini ditandai oleh pemakaia pembanding bagai, bagaikan, seperti, ibarat ,
seperti, serupa, dan kata pembanding lainnya.
Perhatikan puisi berikut.
Engkau pelik menarik ingin
Serupa dara dibalik tirai
(Dari Padamu Jua karya Amir Hamzah)
3. Metafora adalah majas perbandingan yang diungkapkan secara singkat dan padat. Bedaya dengan simile, metafora tidak menggunakan kata – kata pembanding.
Contoh :
aku ini binatang jalan
dari kumpulannya terbuang
(dari aku karya Chairil Anwar)
4. Alegori adalah majas yang mepertautkan satu hal atau kejadian dengan hal atau kejadian lain dalam satu kesatuan yang utuh.
Perhatikan puisi teratai berikut ini.
Teratai
Kepada Ki Hajar Dewantara
Dalam kebun di tanah airku
Tumbuh sekuntum bunga teratai
Tersembunyi kembang indah permai
Tidak terlihat orang yang lalu
Akarnya tumbuh di hati dunia
Daun bersemi laksami mengarang
Biarpun ia diabaikan orang
Serojakembang gemilang mulia
...........................................................
(Samusi Pane)
Dalam puisi teratai, penyair menyimbolkan Ki Hajar Dewantara dengan kuntum bunag teratai dengan maksud untuk menautkan ciri – ciri bunag teratai denagn gagasan, pikiran, dan cita – cita tokoh pendidikan tersebut.
b. Majas Pertentangan
Majas pertentangan antara lain, meliputi hiperbola, litotes, ironi, dan oksimorom.
1. Hiperbola, adalah majas yang mengandung pernyataan yang berlebih – lebihan dengan maksud untuk memperhebat, meningkatkan kesan dan pengaruhnya.
Contoh :
Tuhanku
aku hilang bentuk
remuk
(dari doa Chairil Anwar)
2. Litotes, adalah majas yang mengurangi, mengecil-ngecilkan kenyataan yang sebenarnya. Tujuannya, antara lain, untuk merendahkan diri.
Contoh :
Kami Cuma tulang-tulang berserakan
Tapi adalah kepunyaanmu
Kaulah lag yang di tentukan nilai tulang-tulang berserakan
(dari Karawang-Bekasi karya Chairil Anwar)
3. Ironi, adalah majas yang menyatakan makna yang bertentangan dengan maksud untuk menyindir atau mengolok-olok
Contoh :
Malam Lebaran
Bulan di atas kuburan
(J.E. Tatengkeng)
4.Paradoks, adalah majas yang antar bagian-bagiannya menyatakan sesuatu yang bertentangan.
COntoh :
Dia tidak tahu untuk siapa dia datang
Kamudian dia terbaring, tetapi bukan tidur sayang
( Dari Pahawan tak di Kenal karya Toko
Sudarto Bachtiar)
.
Contoh :
Barat dan Timur adalah guruku
Muslim, Hindu, Kristen, Buddha
Pengikut Zen dan Tao
Semua adalah guruku
(Dari Barat dan Timur karya
Abdul Hadi W.M.)
c. Majas Pertautan
Majas pertautan, antara lain, meliputi metonomia, sinekdoke, alusia, eufimisme, elipsis, dan inversi
1) Metonomia adalah majas yang memakai nama ciri atau nama hal yang ditautkan dengan nama orang, barang, atau hal lainnya sebagai penggantinya. Kita dapat menyebut pencipta atau pembuatnya jika yang kita maksudkan adalah ciptaan atau buatannya. Bisa pula kita menyebut bahan dari barang yang dimaksud.
Contoh :
Dan potret para pahlawan
Mengusap-usap karena tua
Baby mortir buatan sendiri
(Dari Buku Tamu Musium Perjuangan
Karya Taufiq Ismail)
2) Sinekdoke adalah majas yang menyebutkan nama bagian sebagai pengganti nama kseluruhannya, atau pun sebaliknya.
Contoh ;
Lewat gardu Belanda dengan berani
Sendiri masuk kota
Ingin ngubur ibunya
(Dari Gerilya karya W.S Rendra)
3) Alusi adalah majas yang menunjuk secara tidak langsung pada suatu tokoh atau peristiwa yang sudah diketahui bersama.
Contoh :
Orang-orang ingin kembali memandangnya.
(Dari Pahlawan tak Dikenal
Karya Toto Sudarto Bachtiar)
4) Elipsis adalah majas yang di dalamnya terdapat penghilangan kata atau bagian kalimat.
Contoh :
Biarkan layang-layangnya terbang ke angkasa
Dan hilang di balik awan Agustiny)
5) Inversi adalah majas yang dinyatakan oleh pengubahan susunan kalimat.
Contoh :
Kuraba mitlaliur Jepang dari baja hitam
(Dari buku Tamu Musium Perjuangan
Karya Taufiq Ismail)
d. Majas Perulangan
Majas perulangan meliputi aliterasi, antanaklasis, kiasmus, repetisi, dan
Paralelisme.
1) Aliterasi adalah majas yang memanfaatkan kata-kata yang permulaannya sama bunyinya.
Contoh:
Dengarlah dendang durjama
Lelaki tua putra Madura :
(Dari Lagu Nelayan Selat Madura
Karya Djawastin Hasugian)
2) Antanaklasis adalah majas yang mengandung ulangan kata yang sama dengan makna yang berbeda.
Contoh :
Pintu-pintu awan, nadi-nadi cahaya
Dan kegelapan, rimba sepi dan kejadian
(Dari Mimpi karya Abdul Hadi W.M.)
3) Repetisi adalah majas perulangan kata sebagai penegasan yang dirunut dalam baris yang sama.
Contoh :
Dalam kesunyian malam waktu,
Tidak berpandang, tidak berkawan
(Dari Dibawa Gelombang
Karya Sanusi Pane)
4) Paralelisme adalah majas perulangan kata yang disusun dalam baris yang berbeda
Contoh ;
Sunyi itu duka
Sunyi itu kudus
Sunyi itu lupa
Sunyi itu lapus
5) Kiasmus adalah majas yang berisi perulangan dan sekaligus merupakan inversi
Contoh:
Karena malam bukan siangnya gelombang dan siang
Bukan malamnya jalang
(Dari orang Perahu karya
Sutan Iwan Soekri Munaf)
B. MENGGUNAKAN PERIBAHASA
Peribahasa adalah kalimat atau kelompok perkataan yang tetap susunannya dan biasanya mengiaskan suatu maksud tertentu. Peribahasa terbagi ke dalam tiga jenis, yakni pepatah, perumpamaan, dan ungkapan. Jadi, dalam hal ini ungkapan merupakan bagian dari peribahasa.
a. Pepatah adalah jenis peribahasa yang mengandung nasihat atau ajaran
Contoh:
1. Datang tampak muka pergi tampak punggung artinya hendaklah berbaik-baik ketika berkunjung, baik ketika datang maupun pergi.
2. Sepala-pala mandi biar basah artinya mengerjakan sesuatu perbuatan hendaknya sempurna, jangan separu-paruh.
3. Pagar makan tanaman artinya seseorang yang merusak benda atau orang yang dipercayakan kepadanya.
4. Berat sama dipikul ringan sama dijinjing artinya sekelompok orang bekerja sama melakukan tugas yang berat maupun yang ringan.
5. Bunga gugur putik pun gugur artinya maut tidak memandang umur, baik yang tua maupun yang muda pasti mati.
6. Tak ada gading yang tak retak artinya tidak ada sesuatu yang
Sempurna
7. Belakang parang pun jika diasah akan tajam artinya walaupun semula bodoh apabila ia terus belajar maka lambat laun akan pandai juga. Sesuatu yang sulit apabila dikerjakan dengan rajin dan tekun maka akhirnya akan tercapai.
b.Perumpamaan adalah ibarat, persamaan, peribahasa yang berupa perbandingan Ciri utama perumpamaan adalah adanya kaa-kata sebagai, bagai, laksana, bak, seumpama, umpama atau sejenisnya.
Contoh:
1. Bagai air di daun talas dikiaskan kepada orang yang tidak tetap
Hatinya, mudah berubah pendirian.
2. Bagai membendarkan air ke bukit artinya mengerjakan perbuatan yang sia-sia.
c.Ungkapan adalah perkataan atau kelompok kata yang khusus untuk menyatakan maksud dengan arti kiasan; seperti melihat bulan, datang bulan, bulan madu, dan sebagainya.
LATIHAN SOAl
1. Si polan ingin dikagumi teman-temannya. Untuk itu, ia tak segan-segan berbelanja lebih dari kemampuanya. Dalam waktu singkat habislah uang belanja bulanannya. Bahkan bertumpuklah utang-utangnya
peribahasa yang sesuai dengan ilustrasi di atas adalah
A. seperti api dalam sekam
B. besar pasak daripada tiang
C. habis manis sepah dibuang
D. bunga gugur putik pun gugur
E. tak ada gading yang tak retak
2. ”Rabiya, aku minta kau mau menerima semua akibat keputusanku ini dengan tawakal. Jangan menyumpah-nyumpah dan jangan menggerutu atau kecewa. Bila nanti dengan kemationku kau dan anak-anak terpaksa harus kembali dengan keadaan dua puluh lima tahun yang lalu, kau harus menerima dan percaya bahwa itu kehendak Yang Mahakuasa. Ingat betul-betul bahwa dulu kita tidak pernah punya apa-apa. Bahkan, tidak pernah berpikir bahwa ada kemungkinan kita akan punya sesuatu yang berharga. Rabiya, telah kuwariskan seluruh harta kekayaanku kepada darulaitam hanya dengan satu alasan : perintah Tuhan. Titik. Kulakukan itu dengan sadar. Maka kau pun harus menyetujui dengan sadar. Habisnya milik kita nanti bukan berarti bahwa kita tidak punya apa-apa lagi. Percayalah bahwa semakin melarat, semakin kayalah kita.”
Makna peribahasa Semakin melarat kita, semakin kayalah kita dalam penggalan cerpen di atas adalah
A. Semakin melarat, semakin kaya akan utang
B. Penderitaan seseorang memotivasi untuk maju
C. Semakin menderita akan semakin bahagia
D. Kemelaratan bukan ciri dari kemiskinan
E. Miskin materi, namun kaya akan pengalaman
3. Kalimat yang mengandung maja metonomia adalah...
A. Harga minyak menguncang pasar dunia.
B. Raihlah cita-citamu setinggi bintang di langit.
C. Ayah datang membawa kijang biru.
D. Air danau jernih sebening kaca.
E. Dalam pertepuran itu darah mengalir sampai menganak sungai
4. kalimat di bawah ini yangmengandung maja metonomia adalah...
A. Sudah gaharu cendana pula.
B. Ia sangat ngeri mengenag peristiwa Westerling
C. Tekadan pena lebih tajam daripda pedang.
D. Telah beberapa hari ini ia tak kelihatan batang hidungnya.
E. Ia tidak terlalu cerdas
5. kelimat yang menggunakan ungkapan adalah....
A. Rambutnya kusut masai tidak terurus.
B. Seorang laku-lakumendekati mereka.
C. Ia berbaju piyama dan bercelana panjang.
D. Ani terpaku memandang langit.
E. Pagi-pagi ia sudah mendapat kopi pahit.
6. Bila kita melakukan suatu pekerjaan. Hendaknya kita menyelesaikannya sampai tuntas.
Pernyataan di atas sesuai dengan peribahasa....
A. Sekali merengkuh dayung, dua tiga pulau terlampaui.
B. Esa hilang dua terbilang.
C. Bagai api dalam sekam.
D. Berlayar sampai ke pulau, berjalan sampai ke batas.
E. Kasih ibu sepanjang jalan, kasih anak sepanjang galah.
7. Semua ungkapan berikut mengandung makna idiomatis, kecuali ...
A. Ringan tangan
B. Meja hijau
C. Rambut merah
D. Besar kepala
E. Tangan besar
8. Seseorang yang terus-menerus mendapat musibah, dapat dinyatakan dengan peribahasa...
A. Bagai api dalam sekam.
B. Sudah jatuh dihimpit tangga
C. Bahasa memajukan bangsa.
D. Bulat air di pembuluh, bulat kata oleh mufakat.
E. Sekali merengkuh dayung, dua tiga pulau terlampaui.
9. Peribahasa yang bermakna kewaspadaan adalah....
A. berjalan peliharakan kaki, berkata peliharakan lidah.
B. Air tenang menghanyutkan
C. Kena nilai setitik, rusak susu sebelanga.
D. Mati semut karena gula.
E. Setinggi-tinggi terbang bangau, hinggapanya ek kubangan juga
10. Ungkapan yang mengandung pengertian cepat tersinggung ialah...
A. Sempit hati
B. Luka hati
C. Patah hati
D. Kecil hati
E. Berat hati
Jumat, 17 April 2009
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
coba...;
BalasHapusSuksema...
BalasHapusBagus.
BalasHapusKomentar ini telah dihapus oleh pengarang.
BalasHapus